Rabu, 22 September 2010

Apabila hendak menyalin teks berikut, mohon sertakan dengan SUMBERNYA.

Beberapa penderita punya kreativitas tinggi, pemikir inovatif, dan pencari solusi intuitif

Disleksia. Kata itu mungkin sudah tak begitu asing di telinga banyak orang.
Namun, banyak juga yang tak tahu pasti apa makna kata itu. Padahal, satu dari sepuluh orang didiagnosa memiliki kecenderungan ini.

Berasal dari kata Yunani, disleksia berarti 'kesulitan dengan kata-kata'. Artinya, penderita ini memiliki kesulitan untuk mengenali huruf atau kata. Hal itu terjadi karena kelemahan otak dalam memproses informasi.

Akibatnya, anak yang menderita disleksia susah untuk membaca, mengeja, menulis, hingga tak bisa mengerti masalah matematika. Ini menyebabkan sang anak merasa malu dan tak percaya diri untuk hadir di antara teman-teman di kelasnya.

Peluang disleksia untuk dijumpai pada anak laki-laki dan perempuan sama besarnya. Disleksia merupakan kelainan yang bisa diturunkan ke generasi berikutnya.

"Bila Anda disleksia, anak Anda berpeluang untuk mengalaminya 50 persen," ujar Dr John Rack dari lembaga Dyslexia Action, dikutip dari situs FemaleFirst.

Menurut John, diagnosa disleksia biasanya dilakukan pada usia 7-8 tahun. Namun, sebenarnya gejala disleksia bisa dilihat sejak usia 3-4 tahun.

Tanda-tanda disleksia pada usia pra sekolah antara lain:
-Suka mencampur adukkan kata-kata dan frasa
-Kesulitan mempelajari rima (pengulangan bunyi) dan ritme (irama)
-Sulit mengingat nama atau sebuah obyek
-Perkembangan kemampuan berbahasa yang terlambat
-Senang dibacakan buku, tapi tak tertarik pada huruf atau kata-kata
-Sulit untuk berpakaian

Adapun tanda-tanda disleksia di usia sekolah dasar:
-Sulit membaca dan mengeja
-Sering tertukar huruf dan angka
-Sulit mengingat alfabet atau mempelajari tabel
-Sulit mengerti tulisan yang ia baca
-Lambat dalam menulis
-Sulit konsentrasi
-Susah membedakan kanan dan kiri, atau urutan hari dalam sepekan
-Percaya diri yang rendah
-Masih tetap kesulitan dalam berpakaian

Bila seorang anak didiagnosa disleksia, ia harus mendapat dukungan ekstra di sekolahnya dari seorang guru spesialis. Biasanya ini bisa dilakukan dengan bantuan intens dalam pelajaran membaca dan menulis.

Tapi disleksia tak harus menghentikan anak-anak untuk terus belajar. Ia tak akan menimbulkan efek pada intelijensinya, karena otak mereka bekerja dengan cara yang berbeda.
Bahkan beberapa penderita disleksia memiliki kreativitas yang tinggi, kemampuan berbicara yang baik, pemikir inovatif atau pencari solusi yang intuitif.

Adapun dukungan yang dapat dilakukan orang tua di rumah adalah:
-Bacakan buku dan bantu mereka saat hendak membaca buku sendiri
-Untuk usia pra sekolah, ajarkan rima, bermain game kata-kata dan puzzle juga akan membantu.
-Ajarkan dan latih bersama bagaimana mengenakan pakaian
-Jangan memfokuskan pada kelemahannya, dukung kegiatan yang disenangi
-Bantu untuk mengerjakan PR
-Tingkatkan kepercayaan diri mereka
-Berikan suplemen minyak ikan yang mengandung omega-3 dan Omega-6 sehingga dapat meningkatkan konsentrasinya saat membaca dan menulis

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Terima Kasih Banyak Sudah Berpartisipasi Mengkik Iklan Dibawah Ini!

Berkah Herbal Banner 11