Tampilkan postingan dengan label Israel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Israel. Tampilkan semua postingan

Jumat, 01 Oktober 2010

Apabila hendak menyalin teks berikut, mohon sertakan dengan SUMBERNYA.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu sudah menginvestasikan berbagai upaya dalam meyakinkan para pemimpin dunia bahwa ia serius tentang perdamaian dengan Palestina. Dan sekarang datang Avigdor Lieberman, Menteri Luar Negeri Israel, dan memberitahu semua pemimpin dunia itu bahwa apa yang dilakukan oleh Netanyahu hanyalah omong kosong belaka.
Lieberman, tanpa sembunyi-sembunyi lagi mengatakan bahwa sekarang ini Israel diperintah oleh sebuah sirkus, bukan pemerintah yang bertanggung jawab dengan kebijakan-kebijakan tertentu. Lieberman mengatakan kepada wakil negara-negara di dunia dari podium PBB bahwa Netanyahu sudah menyebarkan ilusi dan berbicara konyol tentang perdamaian.
Lebih buruk lagi: Lieberman menyiratkan bahwa permintaan Netanyahu agar Palestina mengakui Israel sebagai negara Yahudi hanyalah untuk menutupi pengusiran warga Arab.
Bagaimana tanggapan Netanyahu? Banyak orang yang menganggap Netanyahu sangat lemah terhadap Lieberman. Sebagai perdana menteri, seharusnya Netanyahu sudah mencopot jabatan Lieberman.
Leiberman menegaskan Selasa dua hari yang lalu, bahwa kemitraan politiknya dengan Netanyahu akan segera berakhir. Bukan tidak mungkin, Netanyahu akan mengganti Lieberman dengan Tzipi Livni, dan Partai Yisrael Beiteinu yang selama ini menjadi payung Lieberman dengan Partai Kadima. Nah? (sa/haaretz)(eramuslim)

Rabu, 22 September 2010

Apabila hendak menyalin teks berikut, mohon sertakan dengan SUMBERNYA.

Haldor Topsoe adalah sebuah perusahaan internasional Denmark dengan hubungan bisnis yang luas di Iran. Perusahaan ini sibuk menyiapkan dua kilang metanol besar untuk lapangan gas yang bernama Fars di Iran yang juga sangat besar.
Haldor Tapsoe diawasi langsung oleh pemerintah AS terkait penyusunan daftar perusahaan Amerika dan perusahaan internasional lainnya yang membangun perekonomian Iran, dan terutama di sektor gas dan industri minyak, yang merupakan sumber utama pendapatan Teheran. Jelas, perusahaan Denmark ini tidak sendirian dalam hal ini. Ada ratusan perusahaan lain dari lusinan negara yang berdagang dengan Iran di berbagai bidang. Termasuk Israel.
Salah satunya adalah Israel Electric Corporation (IEC) yang memberikan kontrak senilai 500 juta NIS (mata uang Israel atau Shekel dalam bahasa Ibrani-nya) kepada Haldor Topsoe. Haldor Tapsoe digambarkan sebagai subkontraktor atas sebuah perusahaan Jerman yang membangun pengatur udara untuk pembangkit listrik di Ashkelon dan Hadera. Haldor Topsoe adalah finalis dalam tender IEC, dan yang lainnya adalah perusahaan Hitachi Jepang.

Seiring dengan tawaran dari perusahaan Denmark itu yang secara substansial lebih rendah daripada Hitachi, muncul pertanyaan; apakah pertimbangan keuangan menjadi satu-satunya kriteria dalam keputusan Israel? Bagaimana dengan pertimbangan politik dan etis?
Selama bertahun-tahun, pemerintah Israel telah menyebarkan kampanye kepada negara-negara lain tentang perlunya memperketat sanksi terhadap Iran. Itu terkait program nuklir Iran. Kementerian Luar Negeri Israel, secara tidak langsung dan dengan bantuan dari organisasi Yahudi, telah melakukan kampanye internasional yang luas; demonstrasi, petisi, mengumpulkan anggota parlemen dan media melawan pemerintah dan perusahaan perdagangan dengan Iran.
Tapi, tampaknya, pemerintah Israel tidak mempraktikkan apa yang mereka tuntut pada orang lain; ini munafik dan bermuka tebal. Sekitar setahun yang lalu, Haaretz mengungkapkan adanya kesepakatan kontrak senilai 150 juta NIS antara Otoritas Bandar udara dan Siemens, mitra dagang terbesar Iran di Jerman. Otoritas Bandar udara juga membenarkan berita itu.
Ada hukum di Israel yang menyatakan secara eksplisit bahwa dilarang untuk berinvestasi lebih dari $ 20 juta pada perusahaan perdagangan dengan Iran, tetapi hukum itu jelas-jelas tidak ditegakkan. Ada apa ini? Bahkan lebih buruk lagi, tidak ada otoritas sentral Israel yang menangani masalah penting ini.
Masalah ini menjadi perhatian Perdana Menteri dan Penasihat Keamanan Nasional Israel, Uzi Arad namun—baik Netanyahu dan Arad, yang tidak pernah melewatkan kesempatan apapun untuk mengingatkan semua orang dari ancaman eksistensial yang ditimbulkan oleh Iran, tidak pernah melakukan apa pun. Jika ini tidak menarik bagi mereka, lalu apa?
Panitia tender IEC yang telah memutuskan untuk menandatangani kontrak dengan Haldor Topsoe, berargumen bahwa ini "hanya" anak perusahaan mereka belaka di Amerika Serikat. Mungkin benar, namun undang-undang yang sedang disiapkan di AS akan mencegah perusahaan-perusahaan Amerika atau perusahaan asing yang beroperasi di sana berinvestasi di sektor energi Iran.
Setelah tawaran menit-menit terakhir oleh perusahaan Jepang yang saling bersaing, IEC membawa masalah ini ke Menteri Infrastruktur Nasional Israel, Uzi Landau untuk mengambil keputusan. Juru bicaran mengatakan bahwa "sang menteri secara serius tengah mempertimbangkan masalah ini."

Ini tidak cukup. Jika benar memboikot Iran, Israel harus mengambil sikap yang jelas dan tidak menghindari isu tersebut. Perusahaan dan korporasi Israel—apapun kemasannya—telah dengan jelas membantu perekonomian Iran yang memperkuat rezim Mahmoud Ahmadinejad, yang selalu menggembor-gemborkan mengancam akan menghancurkan Israel namun tidak pernah terjadi.
Israel harus tegas bahwa orang yang melakukan bisnis dengan Iran tidak bisa mendapatkan keuntungan bersama Israel. Ini juga mungkin seperti kebalikannya di pihak yang lain, yang menyatakan memusuhi Israel namun masih tetap menggunakan produk-produk Israel yang menggurita dan bahkan sampai ke pelosok-pelosok desa. Jadi, Vice Versa! (sa/haaretz)(eramuslim.com)

Selasa, 21 September 2010

Apabila hendak menyalin teks berikut, mohon sertakan dengan SUMBERNYA.

Anggota Sacramento Natural Foods Co-op di negara bagian California menyerukan untuk memboikot produk-produk yang berasal dari Israel, begitu Sacramento News & Review melaporkan. Di antara produk-produk ini adalah Matzo.
The Sacramento Boycott, Divestments, Sanctions Working Group-lah yang menyerukan pemboikotan. Menurut Sacramento News & Review, kelompok itu mengatakan boikot akan berakhir ketika blokade Israel di Gaza berhenti, Israel keluar Tepi Barat, dan memungkinkan pengungsi Palestina kembali memiliki tanahnya.
"Jika kita dapat berhenti menggunakan produk yang diujikan pada hewan, pasti kita juga dapat berhenti menggunakan produk yang melanggar hak asasi manusia," kata Maggie Coulter, anggota Co-op, pada pertemuan dewan Co-op (7/9).
Sebaliknya, penentang pemboikotan ini mempertanyakan legalitas aksi itu, yang akan menjauhkan pelanggan Yahudi dan menetapkan standar ganda untuk pelanggar hak asasi manusia lainnya, termasuk China dan negara-negara di Afrika dan Timur Tengah.
Saat ini sudah dibentuk sebuah komite kebijakan yang terdiri dari lima orang anggota. Mereka akan menyelidiki permintaan boikot itu untuk tiga bulan ke depan dan kemudian akan membuat rekomendasi kepada dewan Co-op.
Pada bulan Juli lalu, seruan yang sama di Washington berhasil. (sa/palestinenote)(eramuslim.com)
Apabila hendak menyalin teks berikut, mohon sertakan dengan SUMBERNYA.

Menteri Pertahanan Amerika Serikat Robert Gates mengatakan kepada menteri pertahanan Israel yang sedang dalam kunjungannya ke Washington hari Senin kemarin (20/9) bahwa dirinya berbagi keprihatinan kepada Israel atas rencana Rusia menjual rudal jelajah anti-kapal ke Suriah, kata Sekretaris Pers Pentagon Geoff Morrell.
Gates mengatakan kepada Ehud Barak dalam pertemuan yang berlangsung secara pribadi bahwa ia sangat prihatin "tentang proliferasi senjata canggih yang dapat menggoyahkan kawasan itu."
Suriah telah menandatangani kesepakatan untuk membeli rudal jelajah super sonik P-800 Yakhont dari Rusia pada tahun 2007. Dan Barak, melakukan perjalanan ke Moskow bulan ini untuk membatalkan perjanjian kerjasama militer tersebut dan mendesak Rusia untuk tidak memberi pasokan senjata kepada Suriah yang hal tersebut kemungkinan dapat menantang perang Israel.
Pemimpin Israel mengatakan penjualan senjata canggih ke Suriah merupakan ancaman besar bagi Israel karena Suriah yang menjadi punggung gerakan Syi'ah Hizbullah Libanon, telah menggunakan senjata buatan Rusia melawan Israel di masa lalu.
Morrell mengatakan bahwa Gates juga mengangkat masalah ini dengan delegasi Rusia sewaktu delegasi Rusia mengunjungi Pentagon pekan lalu. Ketika ditanya secara spesifik, Morrell hanya mengatakan bahwa Gates bertanya kepada rekan-rekan Kremlinnya untuk berhati-hati tentang konsekuensi strategis dari penjualan senjata canggih tersebut ke Suriah.
Suriah sendiri menyangkal telah mempersenjatai Hizbullah, yang juga menikmati dukungan dari Iran. Hizbullah telah membuat Israel terkejut dengan berhasil menembak salah satu kapal perang israel dengan sebuah rudal jelajah selama perang Libanon tahun 2006 lalu.
Israel dan Suriah telah berusaha saling tukar tawaran perdamaian dalam beberapa tahun terakhir namun tetap terbagi atas tuntutan utama mengenai masa depan Dataran Tinggi Golan dan aliansi Damaskus-Teheran.
Pada hari Ahad lalu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa meskipun terjadi diplomasi intensif, Israel telah gagal menghalangi Rusia dari menjual rudal canggih ke Suriah.
Berbicara pada pertemuan kabinet mingguan di Yerusalem, Netanyahu mengatakan bahwa rencana menteri Rusia untuk terus maju dengan pengiriman rudal P-800 anti-kapal ke Suriah itu "bermasalah" untuk Israel.
"Kami menyesalkan kesepakatan itu yang kini dilakukan secara bertahap," kata Netanyahu, menambahkan bahwa rudal Suriah merupakan bagian dari alasan di balik keputusan baru-baru ini Israel untuk meng-upgrade angkatan udara mereka dengan pesawat tempur baru F-35 buatan Amerika.
"Kita berurusan dengan persenjataan misil dan roket baru dan harus ada respon militer untuk hal itu," katanya. (fq/hrz)(eramuslim.com)
Apabila hendak menyalin teks berikut, mohon sertakan dengan SUMBERNYA.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Terima Kasih Banyak Sudah Berpartisipasi Mengkik Iklan Dibawah Ini!

Berkah Herbal Banner 11